Sejarah GKSBS SUKOHARJO

Sejarah Umum GKSBS

Sejarah GKSBS dimulai dari asal mula perpindahan secara besar-besaran masyarakat pulau Jawa ke Sumatra khususnya Sumbangsel. Perpindahan ini dahulu dikenal dengan sebutan kolonisasi/ transmigrasi (± th 1815), dilakukan pada era pemerintahan Belanda karena ledakan jumlah penduduk di jawa yang semakin besar.

Para transmigran sebagian besar berasal dari Jawa Tengah, Jawa Timur, Sunda dan Bali. Sebagian para transmigran sudah memeluk agama Kristen, merekalah yang menjadi cikal bakal berdirinya GKSBS. Waktu itu umat Kristen transmigran dilayani oleh Gereja Kristen Djawa.

5 Juli 1983 GKJ secara resmi menyambut daerah Lampung sebagai lapangan penginjilan dan mengutus pendeta untuk menetap di sana. Pdt. Darmohatmodjo (sekretaris Sinode di Kebumen). Dalam perjalanan waktu pelayanan di Wilayah Sumbangsel mengalami dinamika. Hingga akirnya pada Sidang sinode GKJ pada Agustus tahun 1987 tercetus usulan dan keputusan tentang peresmian kemandirian GKSBS.

Timbulnya GKSBS dilatarbelakangi oleh peristiwa Okumenis yang bersandar pada kegiatan orang Kristen yang berasal dari berbagai gereja. artinya tidak serta merta umat Kristen yang ada di Sumbangsel berasal dari GKJ, tetapi juga dari gereja yang lainnya.

Pada tahun 2012 GKSBS sudah memiliki 84 Jemaat dan 2 Calon Jemaat yang dilayani oleh 81 tenaga aktif pendeta dan calon pendeta yang tersebar di 5 provinsi (Sumatra Selatan, Jambi, Bengkulu, Lampung, dan Bangka Belitung).

 

GKSBS Pringsewu

GKSBS Pringsewu berdiri diawali oleh beberapa orang transmigran (Yusuf, Sarudin, Sukarno, Sujarwo) yang berada di daerah Ambarawa (1938). Tahun 1968 Bp. Sukarwan datang dan melayani di Pringsewu. 31 Oktober 1968 jemaat Peringsewu resmi menjadi jemaat dewasa dengan nama GKL Pringsewu. Tahun 1972 GKL Pringsewu menabiskan Yusar Yanto, S.Th menjadi pendeta jemaat. 16 November 1996 GKL Pringsewu menabiskan sdr. Christya Prihanto Poetra, S.Th menjadi pendeta jemaat. Hingga kini GKSBS Pringsewu merniliki 7 Kelompok Pelayanan an: Pringsewu, Sukoharjo, Pandansari, Purwodadi, Merabung, Sumber Rahayu, dan Wonoharjo.

Tiga Jemaat kelompok (Sukoharjo, Purwodadi, Pandansari) kemudian sepakat menjadi jemaat dewasa dan diresmikan pada 26 juni 2011. Selanjutnya CJ Sukoharjo mengusulkan kepada majelis GSKBS Pringsewu agar difasilitasi dalam pemanggilan calon pendeta guna dipersiapkan sehingga ketika dewasa GKSBS Sukoharjo dapat sekaligus memiliki pendeta jemaat. Sdr. Nicorius dipanggil dan diproses sebagai calon pendeta mulai bulan Pebruari 2012.

 

Sejarah Singkat Jemaat Kelompok Sukoharjo.

Sejarah dimulai dari perjalanan Y. Sudarmo yang masuk wilayah Ds. Sukoharjo sebagai tenaga kesehatan di RS. Sukoharjo (± 1960). Beberapa tahun tinggal di Sukoharjo akhirnya Y. Sudarmo merasa memerlukan wadah untuk memenuhi kebutuhan imannya. Hal itu mendorongnya untuk mencari informasi tentang warga yang beragama Kristen.

Y. Sudarmo dan Sastro Martono bergabung dalam persekutuan jemaat yang ada di desa Purwodadi (1968). Persekutuan orang-orang Kristen di Purwodadi sendiri terbentuk belum lama yakni sekitar bulan Juli tahun 1968 yang dimulai oleh beberapa orang, antara lain; Jono, Ciptorejo, Widiatmoko, Tulus, dan Raswan (informasi dari bp. Ciptorejo). Ketika itu persekutuan masih dilakukan di rumah Raswan dan dilayani oleh guru injil Sukarwan dan Sukarno selaku majelis GKL Pringsewu.

Sekitar tahun 1969 Y. Sudarmo bertemu dengan Yusupadi (mantri) selaku kepala RS. Sukoharjo. Kemudian mereka berinisiatif membentuk persekutuan di wilayah Sukoharjo (di lumbung padi milik Yusupadi). Tahun 1970 Yusupadi membeli rumah milik bp. Mangun di lokasi SDN 02 Ds. Sukoharjo 3, kemudian rumah tersebut dijadikan kapel dan digunakan untuk beribadah. Beberapa tahun kemudian rumah/ kapel tersebut di bongkar dan terpaksa ibadah dipindahkan ke lumbung padi milik Y. Sudarmo (1972-1976). Pada masa inilah beberapa orang bergabung menjadi warga jemaat diantaranya Sardi, Joko Sungkono, Tujan Purnama, Purwanto dan Mujiono yang dikemudian hari mereka juga terlibat dalam pelayanan sebagai majelis dan berbagai pelayanan mulai dari pengajaran di sekolah minggu sampai pelayanan khotbah Perkembangan hingga saat ini jumlah jemaat kelompok Sukoharjo ada 44 KK.

 

Sejarah Singkat Kelompok Jemaat Purwodadi

Terbentuknya jemaat kelompok Purwodadi bermula dari pertemuan antara Jono seorang pamong desa dengan Widiatmoko seorang tokoh Kristen sekaligus tokoh politik Marhaen waktu itu (1968), Interaksi antara mereka tampaknya berbuah manis sehingga Jono yang seorang pamong desa memutuskan untuk menjadi orang Kristen. Pertobatan yang dialami oleh Jono kemudian mendorongnya untuk mengundang dan mengumpulkan beberapa orang warga desa yang beragama Kristen (jemaat Kerasulan) antara lain Ciptorejo, Talus dan alm Raswan. Dari pertemuan empat orang tersebut akhirnya mereka membentuk persekutuan dan meminta pelayanan Bp. Sukarno (warga Margodadi) majelis GKL Pringsewu dan guru injil Sukarwan atas usulan Widiatmoko.

Pada tahun 1970 mulailah dilakukan pembangunan tempat ibadah diatas lahan seluas 60x60 m2.. Pembangunan tempat ibadah dilakukan dengan upaya swadaya jemaat yakni iuran kayu. Dari kayu yang terkumpul akhirnya berdirilah bangunan rumah ibadah yang sangat sederhana. Saat ini warga jemaat yang terdata di kelompok Purwodadi sebanyak 32 KK.

 

Sejarah Singkat Kelompok Jemaat Pandansari

Jemaat kelompok Pandansari terbentuk pada tahun 1984 berawal dari pertemuan dan percakapan antara Mulyadi dengan bapak Ciptorejo warga Jemaat Purwodadi. Kebetulan Mulyadi sendiri adalah keponakan dari bapak Ciptorejo. Ketika itu Mulyadi bekerja sebagai buruh pembuatan genting di rumah bapak Ciptoreja. Kemudian Mulyadi mulai bertanya tentang iman Kristen. Setelah mendapat penjelasan dari pamannya, akhirnya Mulyadi mulai bergumul dan memutuskan untuk memeluk iman Kristen. Yakin dengan keputusannya kemudian Mulyadi pun mengumpulkan semua saudaranya dan sekaligus orang tuanya, tujuannya ialah mengajak agar mereka semuajuga ikut masuk Kristen.

Keputusan keluarga Mulyadi untuk menjadi Kristen akhirnya terealisasi setelah mereka dibabtis oleh Pdt. Daniel Solichin selaku pendeta konsultan dari GKSBS Tanjung Karang pada tahun 1985. Persekutuan mula-mula dilakukan di rumah alm. bapak Marto Pawiro (bapak dari Mulyadi) dan dilayani oleh Sukarno dari Margodadi (majelis GKL Pringsewu), Ciptorejo dan alm Sumarto selaku majelis jemaat Purwodadi.

Semula persekutuan diikuti oleh 10 KK (satu keluarga) namun dalam perkembangannya menyusut inenjadi 6 KK (sampai sekarang), antara lain: keluarga Sudarno, keluarga Mulyadi, keluarga Santoso, keluarga Bagiyo, keluarga Saryono, dan keluarga Kumani. Hal ini dikarenakan beberapa keluarga ada yang pindah domisili serta ada pula yang kembali pada keyakinan lamanya.

 

Penutup

Sejarah telah membuktikan berkat kegigihan pekabara injil serta kerinduan beberapa orang untuk menjadi wadah tempat meletakkan iman mereka akhirnya kita dapat menyaksikan buah dari karya para pelaku sejarah gereja tersebut. Ketekunan dan keteguhan iman untuk terus melewati masa sukar menuju eksistensi gereja hingga saat ini memiliki status Calon Jemaat tentu bukan hal yang sederhana. Tujuan mulia untuk memperluas Injil serta mewujudkan gereja yang mandiri dan melayani tentu bukan hasil perjuangan individual semata, namun Roh Kudus turut berkarya di dalamnya.